Social Icons

Selasa, 01 Oktober 2013

Rupiah melemah tanda awal krisis ekonomi



JAKARTA - Keadaan perekonomian Indonesia sedang dihadapkan pada suatu masa krisis ekonomi. Hal tersebut tercermin dari melemahnya nilai tukar mata uang Rupiah terhadap mata uang dolar Amerika Serikat (AS).

Oleh karena itu, Dewan Pakar Megawati Institute Sri Adianingsih menghimbau kepada pemerintah untuk cepat mengakui jikalau memang keadaan perekonomian di Indonesia sudah masuk kedalam krisis.
Pasalnya, dalam beberapa akhir ini, pemerintah dan Menteri Keuangan Chatib Basri telah mengatakan bahwa keadaan ekonomi Indonesia saat ini masih bersifat aman.

"Ekonomi kita berada pada masa kritical, kalau tidak diatasi, hati-hati bisa jatuh langsung krisis. mereka harus mengakui masalah dalam perekonomian Indonesia, tapi kalau tidak mau mengakui bahwa ini masa kritical situation maka tidak bisa mencari solusi untuk mengobatinya. Misalnya sakit tapi tidak diakui maka dibawa ke puskesmas. Padahal sakitnya sudah parah harusnya dibawa ke UGD," ucap Sri saat di Megawati Institue, Jakarta, tadi malam.

Sri menambahkan, saat ini, masalah serius yang terjadi di Indonesia mengenai Cadangan Devisa (Cadev) dan utang negara yang 55 persen dari Cadev, serta yang akan jatuh tempo. selain itu, lanjut dia, salah satu pendukung cadev yakni neraca perdagangan pun sudah mulai mengalami defisit.

"Memang benar ini ada juga faktor luar dan bukan hanya Indonesia yang melemah tapi ada masalah serius yang merupakan kerapuhan ekonomi kita yang membuat rapuh kalau ada goncangan langsung menjadi terburuk di Indonesia, Pemerintah harusnya mengaku keadaan kritical ini," tambahnya.

Kendati demikian, Sri mengungkapkan dengan keadaan ekonomi Indonesia yang telah mengalami krisis, pemerintah harus mampu menjaga stabilitas pasar keuangan dan makro ekonomi.

"Yang penting dalam kondisi saat ini jaga stabilitas pasar keuangan dan makro, kalau ini sudah seperi kanker kalau tidak segera diatasi biaya pengobatannya akan semakin besar untuk penyembuhan. Situasi yang kritis ini harga hasil ada juga anjlok," pungkasnya.

Pemerintah berdalih anjloknya nilai tukar Rupiah dan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) belakangan ini karena kondisi ekonomi global. Padahal, krisis tersebut dapat dicegah agar tidak meluas.

Anggota DPR dari Fraksi Arif Budimanta mengatakan, seharusnya dampak negatif kondisi global terhadap perekonomian bisa dicegah apabila kondisi perekonomian Indonesia dalam keadaan baik. Menurut dia, kondisi ekonomi Indonesia saat ini memang tengah sakit.

"Pemerintah tidak mau mengakui kalau kondisi perekonomian kita sedang dalam masalah serius," kata Arif di kesempatan yang sama, tadi malam.

Dia mengatakan, kondisi ekonomi Indonesia memang tidak pada fundamentalnya. Dia menjelaskan, utang luar negeri Indonesia yang tinggi dan akan jatuh tempo mencapai 55,7 persen dari cadangan devisa. "Defisit neraca pembayaran semakin melebar, dan inflasi juga tinggi," katanya.

Menurutnya, keadaan tersebut menjadi penyebab ketidakpercayaan investor dan pelaku pasar terhadap ekonomi Indonesia, sehingga menyebabkan IHSG turun lebih dari 15 persen, dan nilai tukar melemah.
Oleh karena itu, Arif mengatakan Megawati Institute menginginkan pemerintah mengakui ada masalah struktural yang serius dalam perekonomian Indonesia sehingga dapat mencari solusi yang tepat.

Selain itu, lanjut dia, APBN-Perubahan 2013 sudah tidak tepat lagi untuk kondisi ekonomi saat ini sehingga sudah seharusnya dilakukan perubahan. "Perlu mengajukan perubahan kembali terhadap APBNP 2013," tandasnya.
(dat03/okz)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar